Page 23 - Esmurin Tomodachi 6
P. 23

Cerpen




                                                     23.45




                                                                                      oleh Ust Dian





                 23.45 tangan ringkih itu mulai menggelar sajadah di atas ubin di salah satu bilik
            rumah  sakit  yang  dingin,  hingga  hembusan  angin  kecil  keluar  dari  ujung  sajadah
            tersebut, menambah kesan dingin yang sedari tadi tak kunjung hilang.
                      Dalam  sujud  panjangnya,  bayangan  seulas  senyum  dari  pria  tua  itu  terus
            menghantui  pada  setiap  pejaman  matanya.  Halusinasi  sapaan  pagi  yang
            menghangatkan dan elusan lembut menenangkan di kepalanya semakin memotong

            lantunan doa yang tengah dipanjatkannya dengan khusyuk
                Syakila, terbangun dari sujudnya, entah mengapa hatinya semakin gusar seiring
            dengan  gerakan  shalatnya  sedari  tadi.  Terbesit  sejuta  harapan  yang  dia
            dambakan,hatinya  mulai  pasrah  dengan  semua  keadaan  yang  akan  dialaminya
            kedepan.  Alam  telah  merenggut  ibu  dan  juga  adiknya.  Apa  sekarang  alam  akan
            menelan ayahnya juga?
                      Dengan  sisa  kekuatan  yang  ada,  gadis  itu  mulai  mengangkat  kedua  belah
            tangannya kemudian menyatukannya di depan dada.
            Pelan  tapi  pasti,  kepalanya  bergerak  melihat  kondisi  pria  tua  yang  terkapar  lemah
            diatas brankar bersprei putih khas rumah sakit itu, semua tampak baik-baik saja
               Tangan seputih susu itu kini menyentuh lembut pipi keriput ayahnya. Menyalurkan
            semua rasa sayang yang selama ini ditanamnya dalam-dalam. Menekankan kembali
            bahwa kerinduan itu kini jelas terlihat nyata di ambang pintu kehidupannya.
             “Ayah, pada siapa lagi Killa bersandar?”

               Hanya itu yang dapat Syakila gumamkan pelan tepat di samping telinga sang ayah,
            berharap  bahwa  semesta  akan  berbaik  hati  membiarkan  Syakila  berkeluh  kesah
            pada dunianya.
               Benar saja, semesta terkadang bersikap sangat baik kepada seseorang. Contohnya
            pada  Syakila  saat  ini.  Tepat  setelah  kata  terakhirnya  diucapkan,  terdengar  suara
            lenguhan kecil dari bibir pucat ayahnya. Seolah ayahnya juga tak rela meninggalkan
            permata hatinya. Dan benar saja ayahnya terbangun dari tidur panjangnya.
            23.45  menjadi  waktu  yang  amat  dinantinya  untuk  kembali  menghadap  pada  sang
            pencipta.  Berterima  kasih,  dan  mensyukuri  segalanya  kalau  doa  doa  yang  di
            langitkan di ijabah oleh sang pencipta. Ayahnya tetap menemaninya merajut asa.












                                                                                                         19
   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28